09 May 25
Ternyata Sama Saja
Ini bulan keempat aku bekerja di Bali. Kali ini pekerjaanku sangat dekat dengan sektor utama Bali, pariwisata. Tiga bulan pertama, aku masih tinggal di Denpasar. Jarak tempuhnya sekitar 1 jam setengah di waktu sibuk. Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, jika lalu lintas normal dan tidak macet. Di waktu itu aku aku selalu merasa kelelahan. Rasanya sebagian besar hariku habis di jalan. Tapi, untungnya aku masih sempat menikmati akhir pekan. Banyak hal yang membuatku betah di Denpasar. Belakangan juga aku merasa penataan kota nya semakin rapi.
Di sisi lain, Aku sangat tidak ingin menghabiskan terlalu banyak waktu ku di jalan. Akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih dekat dengan kantor. Kali ini, Tabanan menjadi pilihan paling ideal menurutku. Di samping dekat dengan kantor, sewa rumah nya juga lebih murah dari yang lain. Tak ada penyesalanku tinggal disini. Lingkungan nya masih asri, udara bersih, tidak berisik, makanan juga lumayan gampang didapa. Satu hal yang sedikit mengganggu. Internet T***sel sangat buruk disini. Modem wifi hampir tak berguna. Aku mengubungi beberapa provider internet juga ternyata wilayah ini belum terjangkau. Sisi baiknya, aku jadi bisa mencoba memakai eSIM untuk pertama kalinya. Sebenarnya tujuannya untuk mencoba provider lain, apakah ada yang jaringannya lebih baik. Ternyata provider X lumayan bagus di daerah sini. Aku membeli eSIM dari website resmi mereka. Sangat mudah pemasangannya. Recommended.
Tentu saja tidak semuanya indah. Kesadaran masyarakat terhadap sampah sangatlah rendah. Sangat mudah menemukan sampah berserakan sepanjang jalan dan sungai. Di irigasi sawah juga dipenuhi sampah plastik. Entah bagaimana cara membantu menyelesaikan masalah ini.
Pembangunan yang masif juga terjadi di daerah pesisir. Di sekitar tempat kerjaku sudah banyak didirikan apartment/real estate yang tentu saja untuk masyarakat internasional. Aroma gentrifikasi sangatlah menyengat di daerah ini. Sangat menyayat hati melihat lahan pertanian berubah menjadi apartment gentrifikasi. Cangguisasi yang sangat menghawatirkan. Mungkin untukku saja.
Kapitalism selalu memihak kepada si kaya. Masyarakat sekitar akan terusir. Sekarang saja tiket masuk ke lingkungan tempat ku kerja sudah dinaikan 150%. Karena apa? banya jam*t yang datang membuat pengunjung lain tidak nyaman. Solusinya? Naikan harga tiket masuk, supaya jam*t yang notabene nya kalangan masyarakat bawah tidak mampu membeli tiket masuk. Karena race profiling sudah tidak etis lagi, sekarang kita ganti menjadi financial profiling. Semoga bukan senjata makan tuan.
Semoga saja karyawan jam*t suatu saat nanti tidak mendapatkan diskriminasi. Semoga.